"Tadi malam saya mimpiin Presiden," kata saya pada teman satu sel. Ia pun berkata, "Wah, bagus. Itu pertanda bahwa kamu akan segera bebas. Selamat ya." Ah , tapi saya tidak percaya. Saya lebih mungkin dibebaskan kalau saja yang terjadi sebaliknya: Pak Presiden-lah yang memimpikan saya. [Disadur dari sebuah cerita dalam buku Menghitung Hari , Arswendo Atmowiloto] Kualitas tulisan yang lahir di dalam penjara mau tak mau membuat saya iri. Ada rasa ingin juga kapan-kapan tertangkap dan dipenjarakan. Tentunya jangan sampai karena ngutil di mini market, tapi untuk tuduhan yang mulia, semisal, memperjuangkan kebenaran yang tidak (atau belum) sejalan dengan kebenaran versi rezim sezaman. Maka predikatnya akan lebih bergengsi: Tapol (Tahanan Politik) Bukannya: Maljem (Maling Jemuran).