Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2007

Ketika Tapol Menulis

"Tadi malam saya mimpiin Presiden," kata saya pada teman satu sel. Ia pun berkata, "Wah, bagus. Itu pertanda bahwa kamu akan segera bebas. Selamat ya." Ah , tapi saya tidak percaya. Saya lebih mungkin dibebaskan kalau saja yang terjadi sebaliknya: Pak Presiden-lah yang memimpikan saya. [Disadur dari sebuah cerita dalam buku Menghitung Hari , Arswendo Atmowiloto] Kualitas tulisan yang lahir di dalam penjara mau tak mau membuat saya iri. Ada rasa ingin juga kapan-kapan tertangkap dan dipenjarakan. Tentunya jangan sampai karena ngutil di mini market, tapi untuk tuduhan yang mulia, semisal, memperjuangkan kebenaran yang tidak (atau belum) sejalan dengan kebenaran versi rezim sezaman. Maka predikatnya akan lebih bergengsi: Tapol (Tahanan Politik) Bukannya: Maljem (Maling Jemuran).

Tiga Putu yang Memikat

P utu yang saya maksud bukanlah sejenis kue, tapi nama orang. Di Bali, ada semacam tradisi -meski bukan keharusan- untuk memberi nama depan anak berdasarkan urutan lahirnya. Putu atau Wayan untuk anak pertama, Kadek atau Made untuk anak kedua, Komang untuk anak ketiga, Ketut untuk anak keempat, dan kembali lagi Putu atau Wayan untuk anak kelima, Kadek atau Made untuk anak keenam, dan seterusnya. Saya tidak tahu pasti urutan lahir keberapa tiga Putu berikut ini, tetapi satu hal yang pasti, mereka merupakan sosok yang sangat memikat. Mereka adalah Putu Wijaya, Putu Setia, dan Putu Pendit. Ketiga tokoh ini, dalam pandangan saya, memiliki setidaknya tiga kesamaan. Pertama, sama-sama orang Bali tetapi sudah lama tak menetap di Bali; kedua, sama-sama penulis karya-karya yang luar biasa; dan ketiga, sama-sama pejuang tangguh di bidangnya.