Skip to main content

Bicara tentang Bintang

Suatu hari di zaman Perang Dunia II, seorang tentara Inggris tampak sibuk membuka-buka sejumlah koran yang terbit hari itu. Ia membuka halaman demi halaman dan segera mencampakkannya jika yang dicarinya belum ketemu. Ruangan kerjanya penuh dengan kertas-kertas koran yang telah dikumpulkannya pagi itu. Satu yang dia cari. Rubrik ramalan bintang.

Ini gara-gara sang atasan yang baru saja kedatangan seorang tamu bernama Ludwig von Wohl. Orang Hungaria itu mengatakan bahwa ia dapat membantu pihak intelijen Inggris untuk dapat meramalkan langkah-langkah Adolf Hitler, pemimpin Jerman yang berkumis itu, melalui horoskopnya. Si tentara tidak percaya. Ia setuju dengan Dinas Rahasia M15 bahwa peramal semacam von Wohl itu hanya seorang dukun palsu.

Maka ia pun mulai membaca ramalan-ramalan bintang Taurus, bintangnya Hitler, yang ada di koran. Sejalankah ramalannya, atau malah berbeda-beda. Kalau ternyata tidak sejalan, maka ia akan meyakinkan atasannya untuk tidak mempedulikan si peramal itu.



Belakangan diketahui bahwa tak satupun ramalan von Wohl yang terbukti. Kecuali ramalan bahwa Italia akan ikut dalam perang dunia II, dan itu pun semua orang juga memang sudah memperkirakan. Inggris pun mendapat pelajaran bahwa untuk menebak seorang Hitler tak cukup dengan segala ramalan perbintangan.

Mengenai ramalan bintang, orang-orang antara percaya dan tidak percaya. Ada yang percaya hanya kalau ramalannya bagus, ada pula yang memilih untuk tidak percaya, karena takut dosa, sebab astrologi sering dituduh ilmu sihir yang ditentang Tuhan. Tapi toh setiap minggu di berbagai majalah dan koran, ramalan bintang masih selalu hadir sebagai rubrik yang diminati pembaca. Begitu pula di internet.



Bahkan di negara maju seperti Amerika, menurut jajak pendapat yang pernah dilakukan, hasilnya satu dari empat orang di AS percaya pada ramalan bintang. Tak kurang dari Nancy Reagan pun diketahui pernah mengusulkan pembatalan acara kenegaraan yang akan dilakukan suaminya, Presiden AS yang ke-40. Itu karena astrolog pribadinya memberitahu bahwa waktu itu bukan “waktu baik” bagi suaminya. Namun seperti halnya Hitler, astrologi pun tak dapat menjangkau nasib Ronald Reagan. Hari itu berakhir baik-baik saja baginya.

Istilah astrologi, astronomi, horoskop, dan zodiak seringkali dikonotasikan sama, padahal masing-masing ada bedanya. Astrologi adalah ilmu yang mempelajari pergerakan benda-benda langit, yaitu matahari, planet-planet, bintang dan bulan. Dari situ dipercaya dapat diperoleh ramalan umum mengenai masa depan. Awalnya ramalan ini hanya mengenai perubahan musim atau fenomena alam, namun antara tahun 600-200 SM para astrolog mengembangkan suatu sistem untuk dapat meramalkan karakter atau nasib perorangan. Dengan mempelajari letak relatif benda langit menurut waktu kelahiran seseorang, maka dapat diramalkan karakter dan nasib orang tersebut. Ini kemudian secara khusus disebut horoskop.

Sedang zodiak dalam bahasa latin berarti (lingkaran) hewan. Itu sebabnya simbol-simbol zodiak yang kita kenal berupa hewan-hewan. Zodiak menunjukkan siklus tahunan dari 12 wilayah sepanjang lingkaran ekliptik, yang adalah pola lintasan posisi matahari di angkasa. Tanda-tanda zodiak ini kemudian dipergunakan sebagai salah satu dari tanda-tanda yeng memberi petunjuk pada horoskop. Zodiak terdiri dari 12 tanda-tanda yang ciri khasnya masing-masing ditentukan oleh suatu planet tertentu. Tanda-tanda inilah yang diyakini dapat menggambarkan bagaimana watak seseorang.

Selain dari zodiak, sistem horoskop ditentukan dari unsur-unsur Bumi, Planet, dan Rumah. Yang terakhir ini dijelaskan dengan menarik dalam film Rumah Ketujuh produksi Miles. Di film itu tokoh Lintang, yang diperankan oleh Dewi Rezer, percaya bahwa ia akan cocok berjodoh dengan pria berbintang Taurus di rumah ketujuh. Dalam astrologi, rumah ketujuh adalah rumah cinta dan perjodohan.

Di lain pihak, astronomi tidak bicara sama sekali perihal ramal-meramal nasib manusia. Ini adalah ilmu pengetahuan yang dengan metode ilmiah mempelajari peristiwa alam yang terjadi pada alam semesta. Tidak saja yang terjadi saat ini, tetapi juga bagaimana evolusi benda langit berjuta tahun yang lalu hingga apa yang dapat terjadi di masa depan. Misalnya tentang asal usul terbentuknya alam semesta, atau tentang sampai kapan matahari dapat bertahan dengan persediaan bahan bakarnya, atau bagaimana benda-benda angkasa dapat mempengaruhi pasang surut air laut dan kapankah mungkin terjadi ada asteroid yang menabrak bumi.

Astronomi jelas penting bagi kita untuk dipahami agar dapat mengantisipasi terjadinya peristiwa-peristiwa alam. Dan segala teorinya dapat dipertanggung jawabkan pula secara ilmiah.

Tapi bagaimana dengan astrologi? Untuk jalan tengahnya, sebut saja astrologi sebagai potensi. Ada potensi baik dan potensi buruk dalam setiap hari kita. Kita dapat berusaha mewujudkan ramalan bagus yang ditulis di sana, atau pun mencegah ramalan buruknya. Asal jangan sampai membuat kita sulit tidur hanya karena memikirkan nasib buruk esok pagi. Toh ramalan astrologi Hitler dan Reagan tadi tidak pernah terbukti.

Comments

Popular posts from this blog

Indonesia Butuh Strong Leadership

Oleh: Ch Robin Simanullang Wartawan Tokoh Indonesia Sepuluh tahun reformasi telah membuahkan berbagai perubahan menuju kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik. Terutama perubahan di bidang politik (demokrasi dan kebebasan berpendapat) telah mencapai hasil terbaik dibanding bidang lain. Tapi masih belum berhasil di bidang ekonomi (menyejahterakan rakyat). Faktor pemimpin yang kurang kuat tampaknya justru memperlambat pencapaian hasil menyejahterakan rakyat tersebut. Dari pengalaman 10 tahun reformasi itu, agar refor- masi, demokrasi, penegakan hukum dan keamanan bermuara (menjadi solusi) pada kesejahteraan rakyat, Indonesia sangat butuh pemimpin yang kuat ( strong leadership ).

Shalat di Pura Langgar

Mengenal Pura Langgar yang Bisa Dijadikan Tempat Salat (1) Berawal dari Mimpi Diperintah Buat Pelinggih Berbentuk Langgar lintangbuanatours.com oleh Sentot Prayogi, Radar Bali , 25 Juli 2012 Banyak kawasan objek pariwisata yang merupakan hasil akulturasi Hindu dengan agama lain. Termasuk akulturasi Hindu-Islam. Tapi Pura Langgar di Desa Bunutin bisa jadi satu-satunya bentuk akulturasi Hindu-Islam yang hingga kini masih menyatu. Yakni pemanfaatan pura yang tak hanya untuk upacara keagamaan umat Hindu, tapi juga bisa digunakan sebagai tempat shalat.

Perpustakaan Betawi di Jazzy Friday

Jum’at kemarin, di saat orang Amerika rame-rame merayakan Independence Day mereka, di Jakarta sini saya merasa --meminjam istilah Letto--, teraniaya sunyi. Namun tentunya anak gelandangan seperti saya tidak begitu sulit menemukan tempat berlabuh kalau sedang kesepian, khususnya di hari Jum’at. Pilihannya perpustakaan, atau pasar festival. Atau keduanya.